LAPORAN INDIVIDU
Tugas Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
Aplikasi SIG Untuk Jaringan Infrastruktur
Dosen
Penganmpu : 1. Drs. Satyanta Parman, M.T
2. Drs Saptono Putra, M.Si
Dibuat
Oleh :
Nama : Ayu
Mawardani
NIM : 3211410019
Prodi : Geografi, S1
JURUSAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, islam, dan ikhsan sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “peta
jaringan pariwisata kabupan kudus”.Dalam
laporan ini berisikan tentang jaringan – jaringan infrastruktur khususnya untuk
kawasan pariwisata yang terdapat
di Kabupaten Kudus berupa peta.
Maksud
dari penyususnan laporan ini adalah sebagai upaya untuk memenuhi tugas
matakuliah “Aplikasi SIG Untuk Jaringan Infrastruktur”, selain untuk memenuhi
tugas matakuliah tersebut juga untuk menambah pengetahuan suatu potensi suatu
daerah yang dikaji lebih berkembang di bidang pariwisata pada daerah tersebut, yang dikemudian
harinya pastinya akan berguna untuk umum, mahasiswa juga berharap agar dapat lebih
mendalami tentang aplikasi Sistem Informasi Geografi khususnya pada jaringan
infrastruktur, sebagai seorang geograf tentunya mahasiswa geografi di tuntut
untuk bisa pengoprasian program yang berbasis spasial.
Pada
kesempatan kali ini, perkenankanlah kami sebagai penyusun untuk mengucapkan
terima kasih terhadap pihak – pihak yang membantu tersusunnya baik laporan
maupun dalam pembuatan peta untuk jaringan infrastruktur. Ucapan terima kasih
kami haturkan kepada:
1. Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Kudus
2. Bapak
Drs. Satyanta Parman, M.T, selaku Dosen pengampu matakuliah Aplikasi SIG Untuk
Jaringan Infrastruktur.
3. Bapak
Drs. Saptono Putro, M.Si. selaku Dosen pengampu matakuliah Aplikasi SIG Untuk
Jaringan Infrastruktur.
4.
Teman-teman yang telah membantu dari awal sampai akhir untuk
menyelesaikan laporan penelitian ini.
5.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telahmembantu hingga terselesainya penulisan laporan penelitian
ini.
Semarang, 11 Desember 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pariwisata
merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan masukan/kas keuangan bagi
suatu wilayah. Pariwisata di Indonesia umumnya masih mengalami kekurangan
karena lemahnya hokum dan keamanan di Negara ini. Dapat dilihat dari banyaknya
terror bom di berbagai pulau di Indonesia. Hal ini sangat merugikan bangsa
Indonesia dalam semua sektor. Dampaknya dari sektor pariwisata, enggannya
wisata local maupun mancanegara untuk berkunjung ketempat-tempat wisata di
Indonesia.
Untuk
menghindari hal ini maka campur tangan pemerintah sangat diperlukan agar obyek
wisata di Indonesia dapat dipercaya oleh para wisatawan. Dengan harapan ,
sektor pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pemerintah. Karena dalam
perkembangannya pariwisata merupakan kebutuhan (tersier) bagi stiap manusia.
Sehingga harus ada tempat-tempat untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Para
wisatawanpun tidak akan mengambil resiko tehadap tempa-tempat wisata yang akan
dikunjunginya, sehingga memilih tempat wisata yang baik, mereka juga akan
mempertimbangkan keamanan ditempat mereka yang akan dikunjungi.
Pada
dasarnya wisatawan mengunjungi tempat wisata dengan berbagai alas an seperti
hobi, berlibur, menambah wawasan, studi (penelitian), berziarah,dll. Sehingga
dismping keadaan yang baik, fasilitas yang memadai, tingkat keramaian, obyek
wisata dipengaruhi oleh minat wisatawan. Tetapi factor ekonomi jauh lebih
diperhitungkan bagi wisatawa Indonesia. Adpun ciri-ciri dari produk wisata
menurut Direktorat Jendral Pariwisata tahun 1975 yaitu:
1.Produk
wisata mempunyai ciri yang tidak dapat dipindahkan. Orang tidak bias membawa
produk wisata pada pelanggan, tetapi pelanggan tersebut harus mendatangi atau
mengunjungi sendiri untuk menikmati produk wisata tersebut.
2.Dalam
pariwisata, produk dan konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa langganan
yang sedang memanfaatkan atau mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan terjadi
produksi.
3.Sebagai
suatu jasa maka pariwisata mempunyai berbagai raga bentuk. Oleh karena itu di
dalam pariwisata tidak ada standart ukuran yang obyektif, seperti produk lain
yang nyata (panjang ,lebar,isi,dan kapasitas)
4.Langganan
tidak bias mencicipi produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui dan
mengunjungi produk itu sebelumnya. Yang dapat dilihat hanya brosur-brosur dan
gambar.
5.Dari
segi usaha , produksi wisata merupakan usaha yang mengandung resiko yang sangat
besar, sedangkan permintaan sangat peka terhadap perubahan situasi ekonomi ,
situasi positif masyarakat atau kesenangan wisatawan dan lain sebagainya
Sistem Informasi Geografis (SIG)
merupakan salah satu disiplin ilmu berbasis teknologi informasi yang berkembang
dalam berbagai bidang kehidupan sehari – hari, maka dari itu sistem informasi
geografi sangat penting untuk menunjang pembangunan suatu daerah. Sistem
Informasi Geografis sangatlah beragam dalam penggunaannya, misalnya sebagai
perencanaan pembangunan, untuk perencanaan suatu mitigasi bencana, sebagai
penentuan lokasi pariwisata,
sebagai penentuan lokasi industri dan masih banyak yang lain.Sistem Informasi
Geografis (SIG) merupakan salah satu disiplin ilmu berbasis teknologi informasi
yang berkembang dalam berbagai bidang kehidupan sehari – hari, maka dari itu
sistem informasi geografi sangat penting untuk menunjang pembangunan suatu
daerah. Sistem Informasi Geografis sangatlah beragam dalam penggunaannya,
misalnya sebagai perencanaan pembangunan, untuk perencanaan suatu mitigasi
bencana, sebagai penentuan lokasi paiwisata, sebagai penentuan lokasi industri
dan masih banyak yang lain. SIG untuk jaringan infrastruktur menganalisis
tentang persebaran dan macam-macam jaringan yang ada di wilayah Kabupaten Kudus
Wilayah dapat diartikan sebagai bagian
permukaan bumi yang dalam hal tertentu dapat dibedakan dengan daerah lain di
sekitarnya. Suatu wilayah merupakan kesatuan ekosistem yang terdiri dari
komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik meliputi manusia, hewan dan
tumbuhan, sedangkan komponen abiotiknya meliputi tanah, air dan udara. Seluruh
komponen tersebut akan berinteraksi dalam suatu wilayah. Interaksi antar
komponen tersebut dapat menyebabkan terjadinya perbedaan antar wilayah yang
satu dengan wilayah yang lainnya.
Jaringan
Infrastruktur di Kabupaten Kudus,
mengambarkan persebaran sarana dan prasarana yang ada dalam wilayah tersebut.
Dari hasil pemetaan dapat diperoleh informasi tentang keberadaan posisi atau
letak sarana dan prasana tersebut. Sehingga dapat persebaran sarana dan
prasarana dapat dijangkau oleh semua kalangan
B. Rumusan
Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana gambaran umum mengenai jaringan
untuk kawasan pariwisata yang ada di
Kabupaten Kudus?
2.
Apa kebijakan yang dapat diambil untuk
jaringan untuk pariwisata di Kabupaten Kudus?
3. Apa kegunaan
membuat jaringan untuk kawasan pariwisata di Kabupaten Kudus?
C. Tujuan
Tujuan
dari penulisan lapaoran ini adalah
:
1.
Untuk mengetahui
mengenai gambaran umum mengenai jaringan untuk kawasan pariwisata yang ada di
Kabupaten Kudus.
2.
Untuk membantu
berbagai pihak guna mengambil kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan arahan
yang tepat dalam upaya pengembangan pusat-pusat pariwisata Kabupaten Kudus
3.
Mengetahui
manfaat atas upaya membuat suatu jaringan arahan pariwisata.
D. Manfaat
1. Manfaat
teoritis
Dalam penelitian ini manfaat yang
diambil dalam pemanfaatan keilmuan Geografi adalah mendeskripsikan Kajian pola
spasial dengan mengunakan sistem informasi geografis (SIG).
2. Manfaat
praktis
Penelitian ini memberikan masukan
kepada pengambil keputusan dan juga stakeholder yang terlibat dalam pembangunan
kabupaten Kudus,
serta memberikan gambaran pola spasial yang ada di Kabupaten Kudus
E. ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
a. Seperangkat
computer
b. Perangkat
lunak atau sofwere Arc View 3.3
c. Printer
d. Scanner
2.
Bahan
a.
Kabupaten
Kudus dalam Angka tahun
b.
Data
ploting fasilitas pariwisata Kabupaten Kudus.
c.
Peta
administrasi Kabupaten Kudus Skala 1 : 250.000 Tahun 2006
d. Data BPS kabupaten Kudus.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pariwisata atau turisme
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi
atau liburan,
dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak
sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi
oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Definisi yang lebih lengkap,
turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi,
jasa keramahan, tempat
tinggal, makanan,
minuman, dan
jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya,
pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.
Banyak negara, bergantung banyak
dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk
perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan
industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi
Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata
untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang
non-lokal.
Menurut Undang
Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah
Definisi Pariwisata
Pariwisata
merupakan salah satu
industri yang mampu
menyediakan pertumbuhan
ekonomi yang cepat
dalam hal penyediaan
lapangan kerja, pendapatan, tarif
hidup, dan dalam
mengaktifkan sektor produksi
lain di dalam negara penerima wisatawan.
Menurut
UU No. 9
Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sebagai
berikut:
1. Wisata
adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati obyek atau daya tarik wisata.
2. Wisatawan
adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3.
Pariwisata adalah segala
sesuatu yang berhubungan
dengan wisata, termasuk pengusahaan
obyek dan daya
tarik wisata serta
usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
4.
Kepariwisataan adalah segala
sesuatu yang berhubungan
dengan penyelenggaraan pariwisata.
5.
Usaha pariwisata adalah
kegiatan yang bertujuan
menyelenggarakan jasa.
Spillane
(1987) dalam Badrudin (2001) mendefinisikan pariwisata sebagai perjalanan dari
suatu tempat ke
tempat lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan maupun
kelompok, sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian atau
kebahagiaan dengan lingkungan
hidup dalam dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu. Berikut
adalah jenis-jenis pariwisata,
menurut Spillane (1987)
dalam Badrudin (2001) yang
terdapat di daerah
tujuan wisata yang
menarik customer untuk mengunjunginya sehingga
dapat pula diketahui
jenis pariwisata yang mungkin
layak untuk dikembangkan
dan mengembangkan jenis
sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan pariwisata tersebut.
1.
Pariwisata untuk menikmati perjalanan ( pleasure tourism )
Jenis pariwisata
ini dilakukan oleh
orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur,
mencari udara segar
yang baru, oleh
mengendorkan ketegangan
syaraf, untuk menikmati
keindahan alam, untuk
menikmati hikayat rakyat suatu
daerah, untuk menikmati hiburan dan sebagainya.
2.
Pariwisata untuk rekreasi ( recreation sites )
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang
menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan
kembali kesegaran jasmani dan rohani, yang akan menyegarkan keletihan dan
kelelahan.
3.
Pariwisata untuk kebudayaan ( cultural Tourism )
Jenis
pariwisata ini ditandai
dengan adanya rangkaian
motivasi seperti
keinginan
untuk belajar di
pusat-pusat pengajaran dan
riset, untuk mempelajari adat istiadat, cara hidup
masyarakat negara lain dan sebagainya.
4.
Pariwisata untuk olahraga ( sport tourism )
Jenis pariwisata
ini bertujuan untuk
tujuan olahraga, baik
untuk hanya menarik penonton
olahraga dan olahragawannya sendiri
serta ditujukan bagi mereka yang ingin mempraktekkannya
sendiri.
5.
Pariwisata untuk urasan dagang besar ( business tourism )
Dalam jenis
pariwisata ini, unsur
yang ditekankan adalah
kesempatan yang digunakan oleh
pelaku perjalanan ini
yang menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menikmati dirinya
sebagai wisatawan yang mengunjungi berbagai obyek wisata dan jenis pariwisata
lain.
6.
Pariwisata untuk konvensi ( convention tourism )
Wisatawan melakukan
perjalanan wisata dengan
macam-macam motivasi.
Variasi motivasi ini
menimbulkan bentuk-bentuk pariwisata
sebagai berikut (Salah Wahab, 1989):
a. Pariwisata
rekreasi atau pariwisata santai
Motif pariwisata
ini adalah untuk
memulihkan kemampuan fisik
dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan santai bagi
mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi.
b. Pariwisata
budaya
Motif pariwisata
ini adalah untuk
memperkaya informasi pengetahuan tentang suatu daerah atau Negara
lain dan untuk memuasakan kebutuhan hiburan. Dalam hal
ini termasuk pula
kunjungan ke pameran-pameran dan
festival, perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar budaya dan
lain-lain.
c.
Pariwisata pulih sehat
Motif pariwisata ini adalah
untuk memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah/ tempat lain dengan
fasilitas penyembuhan. Misalnya sumber air panas, tempat-tempat kubangan
lumpur yang berkasiat
dan lain-lain. Pariwisata
ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti kebersihan,
ketenangan, dan taraf hidup yang pantas.
d.
Pariwisata olah raga
Motif pariwisata
ini adalah untuk
memuaskan hobi orang-orang
seperti memancing, berburu, bermain sky dan mendaki gunung.
e.
Pariwisata temu wicara
Pariwisata ini
disebut juga pariwisata
konvensi yang mencangkup pertemuan-pertemuan ilmiah,
pertemuan bisnis, dan
bahkan pertemuan politik. Pariwisata ini memerlukan fasilitas
pertemuan di Negara tujuan dan faktor-faktor lain yang
penting seperti letak
strategis, tersedianya transportasi
yang mudah, iklim yang
cerah dan sebagainya.
Seorang yang berperan
serta dalam konferensi itu akan
meminta fasilitas wisata
yang lain misalnya
tour dalam dan
luar kota, tempat-tempat membeli
cindera mata, dan obyek-obyek wisata yang lain
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH
a.
Lokasi dan batas wilayah
Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten
di Jawa Tengah terletak di antara empat Kabupaten yaitu :
1.
Sebelah
Utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Pati
2.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Demak
dan Jepara,
3.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Grobogan dan Pati,
4.
Sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Pati.
koordinat
6 51' - 7 16' Lintang Selatan dan 110 36' - 110 50' Bujur Timur. Jarak terjauh
dari barat ke timur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22 km. Ditinjau dari
topografinya, Kabupaten Kudus memiliki ketinggian terendah 5 meter diatas
permukaan laut yang berada di Kecamatan Undaan dan ketinggian tertinggi 1600
meter diatas permukaan laut yang berada di Kecamatan Dawe.
b. Kondisi Administrasi Kudus
Secara
administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan dengan 123 desa, 9
kelurahan. Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah Kecamatan
Kota dengan 25 desa/kelurahan, sedangkan kecamatan dengan jumlah desa terkecil
yaitu Kecamatan Bae dengan 10 desa.Banyaknya desa / kelurahan, RT / RW di
Kabupaten Kudus bisa dilihat sebagai berikut :
No
|
Kecamatan
|
Luas( Ha )
|
Desa
|
Kelurahan
|
RW
|
RT
|
Dukuh
|
1
|
Kaliwungu
|
3.271,28
|
15
|
-
|
65
|
437
|
48
|
2
|
Kota
|
1.047,33
|
16
|
9
|
108
|
490
|
92
|
3
|
Jati
|
2.629,80
|
14
|
-
|
78
|
375
|
51
|
4
|
Undaan
|
7.177,04
|
16
|
-
|
62
|
354
|
31
|
5
|
Mejobo
|
3.676,52
|
11
|
-
|
69
|
342
|
32
|
6
|
Jekulo
|
8.318,67
|
12
|
-
|
85
|
443
|
45
|
7
|
Bae
|
2.332,27
|
10
|
-
|
51
|
279
|
38
|
8
|
Gebog
|
5.445,97
|
11
|
-
|
81
|
432
|
44
|
9
|
Dawe
|
8.584,00
|
18
|
-
|
104
|
562
|
53
|
Berdasarkan data
pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak semua kecamatan memiliki kelurahan.
Kecamatan yang mempunyai kelurahan ada 1 kecamatan, yaitu kota sebanyak 9 kelurahan.
Kudus
merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516
Ha yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kudus merupakan daerah industri dan
perdagangan, dimana sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan
memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. Jiwa dan semangat wirausaha
masyarakat diakui ulet, semboyan jigang (ngaji dagang) yang dimiliki masyarakat
mengungkapkan karakter dimana disamping menjalankan usaha ekonomi juga
mengutamakan mencari ilmu.
Dilihat dari peluang investasi bidang
pariwisata, di Kabupaten Kudus terdapat beberapa potensi yang bisa dikembangkan
baik itu wisata alam, wisata budaya maupun wisata religi. Bidang agrobisnis
juga ikut memberikan citra pertanian Kudus. Jeruk Pamelo dan Duku Sumber
merupakan buah lokal yang tidak mau kalah bersaing dengan daerah lain. Dalam
hal seni dan budaya, Kudus mempunyai ciri khas yang membedakan Kudus dengan
daerah lain. Diantaranya adalah seni arsitektur rumah adat Kudus, kekhasan
produk bordir dan gebyog Kudus. Keanekaragaman potensi yang dimiliki Kudus
diharapkan mampu menarik masyarakat luar untuk bersedia hadir di Kudus
Kabupaten kudus merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Tengah. Kabupaten Kudus berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten lain
seperti Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak.
v Potensi Wisata Kudus
Selain dikenal sebagai Kota Industri, Kabupaten Kudus juga merupakan
salah satu kota tujuan wisata yang ada di Jawa Tengah.
Jangan sampai terlewatkan mencicipi
makanan khas dan berburu handycraft Kota Kudus
Kabupaten Kudus memiliki obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang cukup
representatif untuk dikunjungi oleh wisatawan nusantara (wisnus) / domestik dan
wisatawan mancanegara (wisman). Obyek-obyek wisata utama di Kabupaten Kudus
adalah sebagai berikut :
1. Menara Kudus
Obyek
Wisata Menara Kudus terletak sekitar 1,5 Km ke arah barat dari pusat kota Kudus
(Alun-alun / Simpang Tujuh); tepatnya di Kelurahan Kauman Kecamatan Kota Kudus.
Ciri khas
Menara Kudus
merupakan bangunan monumental yang bernilai arkeologis dan historis tinggi.
Dari aspek arkeologis, Menara Kudus merupakan bangunan kuno hasil akulturasi
kebudayaan Hindu-Jawa dan Islam. Menara Kudus dibangun oleh Syeh Ja’far Shodiq (Sunan
Kudus, salah seorang dari Wali Songo) pada tahun 1685 M yang disimbolkan dalam
candrasengkala “Gapuro rusak ewahing jagad” yang bermakna tahun Jawa 1609 atau
1685 M.
Bentuk konstruksi dan gaya arsitektur Menara Kudus, yang
tingginya sekitar 17 meter, mirip dengan candi-candi Jawa Timur era Majapahit –
Singosari (misalnya Candi Jago) dan juga menyerupai menara Kulkul di Bali,
sehingga Menara Kudus menjadi simbol “Islam Toleran”, dalam arti Sunan Kudus
menyebarluaskan agama Islam di Kudus dengan tetap menghormati pemeluk agama
Hindu-Jawa yang dianut masyarakat setempat. Bentuk fisik Menara Kudus adalah
tinggi dan ramping yang dibangun dengan bahan batu-bata merah yang disusun dan
dipasang bertumpukan tanpa semen perekat.
Bangunan Menara Kudus tidak dapat dipisahkan dengan Masjid Menara Kudus (Masjid Al-Aqsho) dan Makam Sunan Kudus karena secara geografis-fungsional ketiganya merupakan satu kesatuan yang inherent dengan sejarah berdirinya Kota Kudus.
Bangunan Menara Kudus tidak dapat dipisahkan dengan Masjid Menara Kudus (Masjid Al-Aqsho) dan Makam Sunan Kudus karena secara geografis-fungsional ketiganya merupakan satu kesatuan yang inherent dengan sejarah berdirinya Kota Kudus.
Obyek Wisata
Ziarah ini setiap hari sangat ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah,
terutama pada moment Upacara “Buka Luwur” (Penggantian kain kelambu penutup
makam Sunan Kudus) yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharrom/Syuro.
Peristiwa menarik dalam Upacara Buka Luwur adalah ketika para pengunjung/peziarah
berupaya memperoleh nasi bungkus selamatan dan kain luwur bekas penutup makam
yang konon dipercaya dapat memberikan keberuntungan bagi yang memperolehnya.
Selain “Buka Luwur”, kawasan Menara Kudus juga menjadi pusat keramaian pada
saat “Dhandhangan” yaitu tradisi menyambut datangnya bulan Romadlon / bulan
Puasa.
Di kawasan
Menara Kudus, para pengunjung dapat menikmati makanan khas Kudus, yaitu Soto
Kudus dan Jenang Kudus. Sedangkan cinderamata khas Kudus adalah Kain Bordir
Kudus (busana muslimah, kerudung, kebaya, dll.).
Fasilitas
Di kawasan Menara Kudus tersedia lahan parkir, warung makan, kios cinderamata
dan makanan khas Kudus, warung telekomunikasi (wartel); dan toilet/MCK yang
dikelola masyarakat setempat.
2. Museum
Kretek
Lokasi
Obyek Wisata Museum Kretek terletak
sekitar 3 Km ke arah selatan dari pusat kota Kudus, tepatnya di Desa Getas
Pejaten Kecamatan Jati Kudus.
Ciri khas
Museum Kretek dibangun sebagai
simbol kota Kudus sebagai Kota Kretek, berdasarkan gagasan dari Gubernur Jawa
Tengah pada saat itu, H. Soepardjo Roestam dan diresmikan pembukaan pada
tanggal 3 Oktober 1986 oleh Menteri dalam Negeri RI, H. Soepardjo Roestam.
Tujuan pembangunan Museum Kretek adalah untuk menyajikan benda-benda koleksi
yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan rokok kretek sebagai upaya
meningkatkan nilai-nilai kewiraswastaan masa lalu dan masa kini untuk
diteruskan dan ditingkatkan pada masa mendatang. Dengan demikian generasi muda
pada saat ini dan mendatang diharapkan memiliki jiwa kewiraswastaan yang
tangguh.
Museum Kretek merupakan tempat
untuk merekonstruksi sejarah Rokok Kretek Kudus dari era kejayaan Raja Rokok
Kretek Kudus, Niti Semito, sampai dengan perkembangan industri rokok Kudus era
modern sekarang ini. Jadi Museum Kretek memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan,
penelitian, dan rekreasi.
Museum Kretek menyimpan berbagai
peralatan dan mesin-mesin tradisional pembuatan rokok kretek dan rokok klobot
serta sarana promosi rokok pada masa itu. Selain itu, pengunjung juga dapat
mengamati foto-foto dokumentasi lintasan sejarah rokok kretek Kudus dan juga
dapat mengamati “diorama” yang menggambarkan : proses produksi tradisional
dengan tangan (tanpa alat bantu) dan produksi rokok giling tangan, yang
menghasilkan rokok kretek dan rokok klobot; dan proses produksi rokok filter
dengan mesin modern. Di samping itu ada Diorama yang menggambarkan proses
penanaman dan pengolahan bahan baku rokok kretek (tembakau, cengkeh, dan klobot
jagung).
Fasilitas
Di kawasan
Museum Kretek, tersedia lahan parkir, warung makan, taman peristirahatan,
warung telekomunikasi (wartel); dan MCK/toilet.
§ Rumah Adat Kudus
Lokasi
Rumah Adat
Kudus terletak di kompleks Museum Kretek dan juga terdapat di sebelah selatan Menara
Kudus serta di Puri Maerokoco Semarang
Ciri khas
Rumah Adat
Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan pada tahun 1500
– an M, dibangun dengan bahan baku 95 % berupa kayu jati (Tectona grandis) berkualitas
tinggi dengan teknologi pemasangan sistem “knoc-down” (bongkar pasang tanpa
paku). Rumah Adat Kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang terjadi
akibat endapan suatu evolusi kebudayaan manusia, dan terbentuk karena
perkembangan daya cipta masyarakat pendukungnya. Proses akulturasi arsitektur
tradisional asli Kudus memakan waktu yang cukup panjang, mengingat banyaknya
kebudayaan asing (Hindu, Cina, Eropa, dan Persia / Islam) yang masuk ke kawasan
Kudus dengan waktu yang cukup panjang. dilakukan masyarakat Kudus dengan merelokasi
Rumah Adat Kudus yang dibuat pada tahun 1828 M di kompleks Museum Kretek Kudus.
Rumah
Adat Kudus, dengan atapnya yang berbentuk “Joglo Pencu”, memiliki kekhasan
(keunikan) dibandingkan rumah-rumah adat yang lain di Indonesia. Seni ukir
Rumah Adat Kudus merupakan seni ukir 4 (empat) dimensi dengan bentuk ukiran dan
motif ragam hiasnya merupakan gaya perpaduan seni ukir Hindu, Persia (Islam);
Cina, dan Eropa, dengan tetap ada nuansa ragam hias asli Indonesia. Keunikan
Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik untuk dicermati adalah kandungan
nilai-nilai filosofis yang direfleksikan rumah adat ini, misalnya :Bentuk
ukiran dan motif ragam hias ukiran, misalnya : pola kala dan gajah penunggu,
rangkaian bunga melati (sekar rinonce); motif ular naga, buah nanas (sarang
lebah); motif burung phoenix, dan lain-lain.
Tata letak rumah adat, misalnya arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
· Tata ruang rumah adat, misalnya :
· jogo satru / ruang tamu
dengan soko geder-nya / tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya;
· gedhongan dan senthong / ruang keluarga
dengan 4 buah soko guru-nya. Tiang berjumlah 4 sebagai penyangga utama bangunan rumah melambangkan agar penghuni rumah menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia : amarah, lawamah, shofiyah, dan mutmainnah;
· pawon / dapur;
pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia membersihkan diri baik fisik maupun ruhani.
· Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya :
o pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam.
o pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum / halal dan baik.
o bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi luhur, serta kesucian abadi.
Tata letak rumah adat, misalnya arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
· Tata ruang rumah adat, misalnya :
· jogo satru / ruang tamu
dengan soko geder-nya / tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya;
· gedhongan dan senthong / ruang keluarga
dengan 4 buah soko guru-nya. Tiang berjumlah 4 sebagai penyangga utama bangunan rumah melambangkan agar penghuni rumah menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia : amarah, lawamah, shofiyah, dan mutmainnah;
· pawon / dapur;
pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia membersihkan diri baik fisik maupun ruhani.
· Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya :
o pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam.
o pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum / halal dan baik.
o bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi luhur, serta kesucian abadi.
Kekhasan
(keunikan) Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik adalah tatacara perawatan
rumah adat yang dilakukan oleh masyarakat pemiliknya sendiri dengan cara
tradisional dan turun-temurun dari generasi ke generasi. Jenis bahan dasar yang
digunakan untuk perawatan Rumah Adat Kudus merupakan ramuan yang diperoleh
berdasarkan pengalaman empiris pemiliknya, yaitu ramuan APT (Air pelepah pohon
Pisang dan Tembakau) dan ARC (Air Rendaman Cengkeh). Ramuan ini terbukti
efisien dan efektif mampu mengawetkan kayu jati, bahan dasar Rumah Adat Kudus,
dari serangan rayap (termite) dan sekaligus meningkatkan pamor dan permukaan
kayu menjadi lebih bersih, karena ramuan APT dan ARC dioleskan berulang-ulang
ke permukaan dan komponen-komponen bangunan kayu jati.
Fasilitas
Di
kawasan Rumah Adat Kudus, yang terletak di kompleks Museum Kretek, di sebelah
selatan Menara Kudus, dan di Puri Maerokoco Semarang, tersedia lahan parkir,
warung makan, kios cindera mata dan makanan khas Kudus, warung telekomunikasi
(wartel); dan toilet / MCK.
4. Tugu Identitas Kudus
Lokasi
Obyek Wisata
Tugu Identitas Kudus terletak di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kudus, di
sebelah kanan Jalan Raya Kudus – Semarang, sekitar 1 Km ke arah selatan dari
Alon-alon / Simpang Tujuh (pusat kota Kudus).
Lokasi
tersebut mempunyai nilai historis karena lokasi Tugu Identitas merupakan salah
satu tempat pertempuran para pejuang Kudus dalam merebut kemerdekaan.
Ciri khas
a.
Bentuk dan Makna Tugu Identitas
·
Tugu Identitas Kudus merupakan monumen perjuangan rakyat
Kudus dalam merebut kemerdekaan RI. Tugu ini dibangun mulai tanggal 25 Mei 1986
dan peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, H. Ismail, pada tanggal
28 September 1987.
·
Bentuk keseluruhan Tugu Identitas Kudus merupakan stylisasi
Menara Kudus, yang selama ini telah dinyatakan sebagai bentuk bangunan yang
menjadi ciri khas daerah Kudus dan telah menjadi Lambang Daerah Kabupaten
Kudus;
·
Seluruh Lis (Jawa : pelipit) yang ada pada bangunan Tugu
Identitas melambangkan arti perjuangan merebut kemerdekaan RI tanggal 17 – 8
–1945 dan melambangkan arti falsafah serta pandangan hidup bangsa Indonesia,
yaitu :
Lis
di bagian atas tugu : 17 buah
- Lis di bagian tengah tugu : 8 buah
- Lis di bagian bawah tugu : 45 buah
- Lis di bagian atas badan bawah tugu : 5 buah
- Lis di bagian bawah badan bawah tugu melambangkan kondisi geografis Kabupaten Kudus yang terdiri dari 3 bagian, yaitu : daerah pegunungan, daerah dataran rendah, dan daerah rawa.
- Altar Tugu
Berbentuk
bulat mengelilingi dasar tugu melambangkan semangat dan kebulatan tekad
masyarakat Kudus dalam membangun daerah mencapai tujuan terwujudnya cita-cita
Proklamasi 17 – 8 – 1945 berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Tinggi Tugu Identitas
Tinggi Tugu Identitas adalah 27 meter, perpaduan angka 2 dan 7 yang berjumlah 9 (sembilan); melambangkan Wali Songo (Wali Sembilan); yang 2 (dua) diantaranya berada di Kudus, yaitu Sunan Muria dan Sunan Kudus.
b. Tinggi Tugu Identitas
Tinggi Tugu Identitas adalah 27 meter, perpaduan angka 2 dan 7 yang berjumlah 9 (sembilan); melambangkan Wali Songo (Wali Sembilan); yang 2 (dua) diantaranya berada di Kudus, yaitu Sunan Muria dan Sunan Kudus.
Fasilitas
Di kawasan Tugu Identitas Kudus tersedia lahan parkir, warung makan, kios cindera mata dan makanan khas Kudus, warung telekomunikasi (wartel); dan toilet/ MCK.
5. Obyek Wisata Colo
Lokasi
Obyek Wisata Colo Kudus terletak
sekitar 18 Km ke arah utara dari pusat kota Kudus, tepatnya di kawasan
Pegunungan Muria, Desa Colo Kecamatan Dawe Kudus.
Ciri khas
Pegunungan
Muria, dengan ketinggian ± 1.602 m dpl (di atas permukaan air laut); merupakan
kawasan dataran tinggi yang terdiri dari beberapa perbukitan atau pegunungan,
antara lain :
·
Pegunungan Argo
Jembangan
·
Pegunungan Argo Piloso
·
Pegunungan Rahtawu
·
Perbukitan Pasar
·
Perbukitan Ringgit
Di Obyek
Wisata Colo, pengunjung/wisatawan dapat menikmati panorama alam pegunungan yang
indah mempesona dengan udara yang bersih dan sejuk, sehingga selain sebagai
lokasi rekreasi dan tempat tujuan berziarah ke Sunan Muria, Colo juga sering
dimanfaatkan sebagai lokasi penyuluhan, pembinaan, konvensi, diklat (pendidikan
dan
pelatihan); rapat-rapat (raker, rakor, dll) yang termasuk kegiatan wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang diadakan di Convention Hall Pesanggrahan Colo.
Di kawasan Obyek Wisata Colo terdapat beberapa tempat wisata yang menarik, yaitu :
pelatihan); rapat-rapat (raker, rakor, dll) yang termasuk kegiatan wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang diadakan di Convention Hall Pesanggrahan Colo.
Di kawasan Obyek Wisata Colo terdapat beberapa tempat wisata yang menarik, yaitu :
5. Air Terjun Monthel
Air terjun dengan ketinggian ± 25 meter ini, dari Pesanggrahan Colo atau dari Masjid dan
Makam Sunan
Muria, dapat dicapai dengan berjalan kaki selama ± 30 menit menyusuri jalan setapak
di tengah-tengah kebun kopi sambil menikmati udara yang segar dan sejuk serta
panorama alam pegunungan yang asri dan indah, juga sambil menikmati alunan
irama musik alam dari bunyi gemericik air terjun yang jatuh di bebatuan yang
diselingi bunyi-bunyian satwa liar khas pegunungan dan kicauan burung-burung.
Di air terjun Monthel, pengunjung dapat mandi atau bermain-main air menikmati
sejuk dan segarnya air G. Muria.
6. Makam Sunan Muria
Makam Sunan
Muria (Syeh R. Umar Sa’id, salah satu dari Wali Songo / Wali Sembilan) menyatu
dengan Masjid Sunan Muria terletak di salah satu puncak G. Muria. Makam Sunan
Muria dapat dicapai dengan berjalan kaki melewati ± 700
trap/tangga/undak-undakan dari pintu gerbang di dekat lokasi parkir mobil/bus;
atau dapat juga dicapai dengan naik sepeda motor ojek.
Makam Sunan
Muria menjadi salah satu tujuan Wisata Ziarah. Makam ini sangat ramai
dikunjungi peziarah yang berasal dari berbagai daerah, terutama pada saat
Upacara “Buka Luwur” yang diselenggarakan setiap tanggal 6 Muharrom/Syuro.
Dalam Upacara Buka Luwur ini, para peziarah berusaha mendapatkan “Luwur” (bekas
kain penutup makam) yang konon dipercaya dapat membawa keberuntungan.
7. Wisata Alam “Rejenu”
Kawasan
Wisata Alam / Eko Wisata (Ecotourism) “Rejenu”, dengan ketinggian ±
1.150 m dpl., terletak di Pegunungan Argo Jembangan G. Muria, berjarak ± 3 Km
dari Pesanggrahan Colo. Di kawasan Eko Wisata “Rejenu”, pengunjung/wisatawan
dapat menyaksikan dan mengamati keanekaragaman hayati yang tumbuh alami, yakni
berbagai jenis tumbuhan pegunungan. Selain itu, dengan berjalan kaki menyusuri
jalan setapak, pengunjung juga dapat menikmati panorama alam pegunungan yang
menghijau segar karena dedaunan perkebunan kopi, lebatnya tanaman pakis Muria,
dan palem pegunungan. Merdunya suara kicauan burung-burung dan bunyi-bunyian
berbagai jenis satwa khas pegunungan akan menambah daya pikat bagi pengunjung.
Di samping
menikmati panorama alam pegunungan, pengunjung di kawasan Eko Wisata “Rejenu”
juga dapat berkunjung ke obyek wisata lain yang berada di kawasan ini, antara
lain :
- Makam Syeh Sadzali
Menurut
masyarakat setempat, Syeh Sadzali adalah murid / santri Sunan Muria yang sangat
setia mendampingi dan membantu Sunan Muria dalam menyebarluaskan agama Islam.
Oleh karena itu nama harum Syeh Syadzali senantiasa dihormati oleh masyarakat
dan makamnya tidak pernah sepi dari para peziarah.
- Sumber Air Tiga Rasa
Di kawasan wisata “Rejenu” terdapat mata air / sumber air yang memiliki 3 rasa. Masyarakat setempat percaya bahwa ketiga jenis rasa air ini mempunyai khasiat yang berbeda jika diminum.
- Sumber Air Pertama :
mempunyai
rasa tawar-tawar masam (Jawa : anyep-anyep asem/kecut) yang bekhasiat dapat
mengobati berbagai penyakit.
- Sumber Air Kedua :
mempunyai
rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “Sprite” yang bekhasiat
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan
hidup.
- Sumber Air Ketiga :
mempunyai
rasa mirip minuman keras “tuak / arak” yang bekhasiat dapat memperlancar rezeki
jika bekerja keras untuk mendapatkannya.
Ketiga jenis air tersebut jika dicampur menjadi satu, rasanya menjadi air tawar.
Ketiga jenis air tersebut jika dicampur menjadi satu, rasanya menjadi air tawar.
- Air Terjun Gonggomino
Di kawasan wisata
“Rejenu” terdapat Air Terjun “Gonggomino” yang merupakan air terjun kedua
selain Air Terjun “Monthel”. Air Terjun Gonggomino dapat dicapai dengan
menyusuri sebuah sungai yang terdapat di kawasan Rejenu.
· Bumi Perkemahan dan Wana Wisata “Kajar”
Obyek wisata ini terletak di kawasan hutan pinus, berjarak ± 3 Km ke arah selatan dari Obyek Wisata Colo, tepatnya di Desa Kajar Kecamatan Dawe Kudus. Dengan ketinggian ± 600 m dpl, kawasan Kajar merupakan lokasi yang tepat untuk kegiatan camping and hiking (perkemahan dan jelajah medan / lintas alam); baik bagi pelajar, pramuka, maupun remaja pada umumnya.
· Bumi Perkemahan dan Wana Wisata “Kajar”
Obyek wisata ini terletak di kawasan hutan pinus, berjarak ± 3 Km ke arah selatan dari Obyek Wisata Colo, tepatnya di Desa Kajar Kecamatan Dawe Kudus. Dengan ketinggian ± 600 m dpl, kawasan Kajar merupakan lokasi yang tepat untuk kegiatan camping and hiking (perkemahan dan jelajah medan / lintas alam); baik bagi pelajar, pramuka, maupun remaja pada umumnya.
8. Taqim
Arts Studio Studio
sanggar dan gallery seni milik seniman
Mustaqim ini terletak ± 0,5 Km di sebelah utara dari Bumi Perkemahan dan Wana
Wisata Kajar. Dalam jangka panjang,Taqim Arts Studio berupaya melibatkan
masyarakat Desa Kajar untuk bersama-sama menjadikan Desa Kajar sebagai “Desa
Seni”.
Fasilitas
Di kawasan
wisata Colo tersedia berbagai fasilitas, yaitu : Pesanggrahan Colo (sebagai
tempat peristirahatan, penginapan, dan ruang berbagai jenis pertemuan /
convention hall); lahan parkir mobil dan bus, musholla, warung makan, kios
cindera mata dan makanan khas Colo, dan MCK yang dikelola masyarakat setempat.
Di kawasan wisata Colo, para pengunjung dapat menikmati makanan khas Colo, yaitu Nasi Pecel Pakis – Ayam Bakar dan buah Parijoto. Sedangkan cinderamata khas Colo adalah Tongkat Colo dan Kayu pengusir tikus.
Di kawasan wisata Colo, para pengunjung dapat menikmati makanan khas Colo, yaitu Nasi Pecel Pakis – Ayam Bakar dan buah Parijoto. Sedangkan cinderamata khas Colo adalah Tongkat Colo dan Kayu pengusir tikus.
9. Rahtawu
Lokasi
Obyek Wisata Alam / Eko Wisata “Rahtawu” terletak di sebelah Barat Pegunungan Muria ± 20 Km ke arah Barat Laut dari pusat kota Kudus (Alon-alon / Simpang Tujuh); tepatnya di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog Kudus.
Obyek Wisata Alam / Eko Wisata “Rahtawu” terletak di sebelah Barat Pegunungan Muria ± 20 Km ke arah Barat Laut dari pusat kota Kudus (Alon-alon / Simpang Tujuh); tepatnya di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog Kudus.
Ciri khas
Di kawasan Wisata Alam “Rahtawu”,
dengan ketinggian ± 1.627 m dpl. Pengunjung dapat menikmati panorama alam
pegunungan yang asri dan indah mempesona dengan udara yang bersih, segar dan
sejuk. Di Rahtawu terdapat banyak petilasan tokoh-tokoh dunia pewayangan,
misalnya petilasan Begawan Sakri, Pandu Dewonoto, Dewi Kunti, Jonggring Saloko,
Eyang Semar, Eyang Abiyoso, dll. Selain itu, para pelajar, remaja, dan
pemuda-pemudi yang berhobi pecinta alam (penjelajahan alam, hiking,
mendaki gunung, dll.) dapat menyusuri jalan setapak menjelajahi medan
pegunungan Rahtawu untuk menaklukkan Puncak “Songo Likur”.
Fasilitas
Fasilitas
yang tersedia di Obyek Wisata “Rahtawu” adalah homestay, warung makan,
pramuwisata/guide lokal, dan MCK air alami pegunungan yang sejuk dan bersih.
10. Taman Krida Wisata
Lokasi
Obyek Wisata Taman Krida Wisata
atau Kindergarten, terletak di Kompleks Gedung Olah Raga (GOR) Wergu
Wetan Kec. Kota Kudus, dengan jarak ± 1,5 Km ke arah Timur dari pusat kota
Kudus, tepatnya di Kelurahan Wergu Wetan Kecamatan Kota Kudus
Ciri khas
Taman Krida Wisata merupakan taman
rekreasi keluarga dengan suasana yang asri, sejuk, dan teduh karena rimbun dan
lebatnya dedaunan pepohonan di taman ini. Taman rekreasi ini dilengkapi dengan
berbagai patung binatang yang menarik dan bersifat edukatif bagi anak-anak,
antara lain patung Dinosaurus, Kuda Nil, Gajah, Jerapah, Singa, Harimau, dan
Zebra. Selain itu, taman ini juga dilengkapi dengan Gedung Terbuka yang
representatif untuk berbagai event/kegiatan, misalnya : seminar/sarasehan,
pentas seni-budaya, lomba kreativitas remaja dan pelajar, resepsi pernikahan,
perpisahan sekolah, dll. Taman ini juga sering dimanfaatkan sebagai lokasi
Lomba Burung Berkicau. Pada bulan Juli 2003, taman rekreasi ini dilengkapi
dengan koleksi satwa berupa 5 ( lima) ekor rusa yang berasal dari Istana Presiden
RI di Kebun Raya Bogor.
Fasilitas
Taman Krida
Wisata dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu : sarana permainan
anak-anak, lahan parkir, musholla, warung makan dan minum, warung makanan khas
Kudus
(Lenthog) , shelter, dan toilet/MCK.
(Lenthog) , shelter, dan toilet/MCK.
11. Museum Purba
pati Ayam
Bukit
Patiayam merupakan bagian dari Gunung Muria. Luasnya mencapai 2.902,2 hektar,
yang tersebar di wilayah Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus ( 1.573,5 hektar) dan
di wilayah Kecamatan Margorejo, Gembong, Tlogowungu Kabupaten Pati, 1.328,7 hektar
Merupakan kawasan milik Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati
Ø Lingkupan Kepariwisataan
Kepariwisataan dapat dipandang
sebagai sesuatu yang abstrak. Secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan
sebagai suatu alat untuk memperkecil kesenjangan saling pengertian di antara
negara-negara yang sudah berkembang yang biasanya adalah negara-negara
wisatawan atau negara “Pengirim Wisatawan” dengan negara-negara yang sedang
berkembang yakni negara-negara kunjungan wisatawan atau negara “Penerima
Wisatawan”.
Pada dasarnya bagian-bagian dari
gejala pariwisata terdiri dari 3 unsur yakni : Manusia (unsur insani sebagai
pelaku kegiatan pariwisata), Tempat (unsur fisik sebenarnya tercakup oleh
kegiatan itu sendiri), dan Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan
itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan). Inilah unsur-unsur yang
menjadi persyaratan terjadinya gejala pariwisata tersebut. Tetapi ada faktor
kas lainnya yang dituntut untuk membedakan kegiatan pariwisata dari suatu
kegiatan jalan-jalan “cuci mata” atau makan angin pada suatu saat tertentu.
Selain itu, ada faktor-faktor kas
yang dimaksud bepergian, sifat sementara bebergian tersebut penggunaan
fasilitas wisata dan yang dianggap paling penting yaitu faktor kenikmatan dan
perasaan yang rileks berkreasi. Dari faktor tersebut, bukanlah faktor
kepariwisataan yang mutlak, meskipun dalam beberapa hal kaidah kenikmatan dan
rekreasi bukanlah tujuan utama kepergian mereka, melainkan orang yang
berpariwisata berbisnis.
Segi lain pariwisata hendaknya
dilihat dari sudut pandang negara penerima wisatawan. Didalam konteks ini
pariwisata hendaknya dipandang sebagai suatu industri yang turut memberi andil
dalam pembangunan sosial dan ekonomi, baik negara maju atau sedang berkembang,
maka badan usaha dan organisasi tersebut harus dianggap sebagai suatu kesatuan
industri, diantaranya : titik berat tulang punggung perekonomian dewasa ini
sedang beralih dari industri klasik, zaman : Revolusi Industri, ini mempunyai
dimensi-dimensi dan persepesi-persepesi yang bervariasi pula. Lagi pula
pariwisata sebagai suatu sektor yang komplek, meliputi industri-industri dalam
arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri
cendra mata. Begitu juga penginapan dan transportasi secara ekonomi juga
dipandang sebagai industri.
Definisi kalasik mengenai industri
ini, sudah membuka jalan pendekatan secara lebih modern menuju suatu batasan
arti bahwa indutri sebagai suatu kelompok badan usaha yang menghasilkan
barang-barang secara lebih modern menuju suatu batasan arti bahwa industri
sebagai suatu kelompok badan usaha yang menghasilkan barang-barang tertentu.
Suatu industri dianggap oleh konsumen harus saling menunjang secara sempurna,
walaupun secara fisik industri itu mungkin berbeda. Definisi itu dapat juga
diperluas pengertiannya sehingga mencakup badan-badan usaha yang menghasilkan
suatu jenis produksi melalui proses yang sama.
Apakah jasa-jasa termasuk pada
kelompok pengertian industri atau tidak, pertanyaan ini hanya masalah sematik
(arti kata) istilah industri itu. Mendesaknya kebutuhan dalam kehidupan ekonomi
modern telah mengakibatkan begitu kompleksnya bidang produksi dan begitu
bervariasinya aktivitas produksi sehingga pengertian kita mengenai apa yang
dimaksud dengan istilah industri harus ditinjau kembali. Suatu produk apakah
yang dapat dijamah atau tidak dapat dijamah, jika memenuhi kebutuhan tertentu
manusia, haruslah dianggap sebagai suatu produk industri. Jika serangkaian
suatu produk yang dihasilkan oleh berbagai badan usaha dan organisasi kerja
menunjukan secara khusus bahwa fungsi mereka secara menyeluruh ada kaitan dan
membuktikan kedudukan mereka di dalam kehidupan ekonomi, maka badan usaha dan
organisasi tersebut harus dianggap sebagai suatu kesatuan industri.
Peranan Pemerintah Dalam Pariwisata
1. Peranan Pemerintah dalam Ekonomi
Pariwisata
Dalam dasawarsa terakhir ini banyak
negara berkembang menaruh perhatian yang khusus terhadap industri pariwisata.
Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya program pengembangan kepariwisataan di
negara tersebut. Negara yang satu seolah-olah hendak melebihi negara yang lain
untuk menarik kedatangan lebih banyak wisatawan, lebih banyak tinggal dan lebih
banyak menghamburkan uangnya. Sayang bahwa banyak program kurang masak
dipertimbangkan, khususnya mengenai keuntungan yang akan diperoleh apakah lebih
besar daripada perusakan yang ditimbulkannya. Dalam hal mencari tempat-tempat
rekreasi ada kecendrungan untuk menjadikan cahaya matahari dan laut untuk
menjadi daya tarik wisata. Dengan cara demikian potensi yang dimiliki dapat
dikembangkan sebagai aktivitas perekonomian dalam membangun kepariwisataan
menjadi sesuatu yang mudah untuk dapat menghasilkan devisa yang sifatnya quick
yielding.
Disamping itu kita mengetahui, bahwa
bahan baku industri pariwisata tidak akan pernah habis-habis, sedangkan bahan
baku industri lain terbatas. Untuk menggalakkan pembangunan perekonomian dengan
suatu pertumbuhan yang berimbang kepariwisataan dapat diharapkan memegang
peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai katalisator untuk
mengembangkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Seperti
terjadi pada sektor lain, kebijakan pemerintah pada sektor pariwisata ada yang
memberikan dampak langsung dan ada pula yang memberikan dampak tidak langsung.
Selain dari hal diatas ada kemungkinan suatu kebijakan ekonomi pemerintah
memberikan dampak langsung pada sektor lain tetapi dapat memberikan dampak
tidak langsung bagi sektor pariwisata. Tujuan pokok dari kebijakan
ekonomi pemerintah terhadap pariwisata adalah untuk memaksimalkan kontribusi
pariwisata terhadap ekonomi nasional. Tujuan kontribusi ini termasuk :
(a) Optimalisasi kontribusi dalam neraca
pembayaran
(b) Menyiapkan perkembangan ekonomi
regional dan neraca pembayaran regional.
(c) Menyiapkan tenaga kerja
(d) Peningkatan dan pendistribusian
pendapatan.
(e) Kontribusi terhadap kesejahteraan
sosial
(f) Memaksimalkan peluang pendapatan
fiscal
Di dalam pengembangan pariwisata
harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh , sehingga dapat
diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial
dan cultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan
pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari
suatu negara. Di samping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka
kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan
pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis
besarnya adalah menyediakan infrastuktur (tidak hanya dalam bentuk fisik),
memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur
pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi
pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan
infrasruktur dan sarana-sarana pariwisata.
2. Pajak dalam Pariwisata
Banyak pemerintah memanfaatkan
pariwisata sebagai :
- Sumber pendapatan
- Sumber biaya bagi sektor lain.
Tetapi di beberapa negara pariwisata
masih tidak menonjol aktivitas kegiatan sehingga peranan dalam perolehan
pendapatan tidak terperhatikan. Sebaliknya dalam rangka otonomi daerah ,
pariwisata banyak diandalkan sebagai unsure utama dalam PAD. Pajak dalam pariwisata
bisa dalam bentuk :
- Pajak atas produk pariwisata biasa dalam bentuk
- Pajak dibebankan kepada konsumen yang bertindak sebagai
wisatawan
- Pajak dibebankan kepada pemakai jasa pariwisata.
Beberapa negara mengatur pajak atas
lalu lintas perjalanan terutama untuk perjalanan keluar.
- Indonesia menerapkan pembayaran fiskal (hakekatnya sama
dengan pajak/bagi warga negaranya yang bepergian keluar)
- Paraguay dann Venezuela memberlakukan pajak kedatangan
(arrival tour) bagi semua wisatawan.
- Hampir semua negara memberlakukan pajak keberangkatan
(departure tax) dalam bentuk airport tax / harbour tax.
Pengeluaran
Pemerintah dalam Pariwisata
Dari satu sisi pemerintah memperoleh
pendapatan dari pariwisata, tetapi disisi lain pemerintah banyak mengeluarkan
untuk pariwisata. Tiga pengeluaran besar pemerintah bagi pariwisata adalah :
- Investasi dan pemeliharaan infrastruktur
- Fasilitas pengembangan pariwisata
- Pemasaran pariwisata
Investasi infrastruktur pada umumnya
disiapkan pemerintah bagi kepentingan ekonomi seluruh sektor tidak hanya sektor
pariwisata saja. Hanya bagian kecil dalam aktivitas pariwisata infrastrukturnya
dibangun oleh sektor pariwisata. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
mendukung sepenuhnya pengembangan pariwisata, karena melihat akan tumbuhnya
pendapatan dari kegiatan pariwisata yang terwujud dari adanya pengembangan
tersebut. Untuk ini pemerintah akan memberi bantuan pengeluaran bagi
pengembangan pariwisata tersebut. Pengeluaran pemerintah dalam pengembangan
pariwisata :
a. Pengeluaran langsung :
- Subsidi / bantuan
- Partisipasi pemerintah dalam
menyeimbangkan pembangunan
- Bunga Bank
- Bantuan bagi penelitian
- Bantuan bagi pendidikan dan
pelatihan
b. Reduksi dari reabilitas
- Reduksi pajak
- Bebas – pajak bagi barang / jasa
tertentu
c. Jaminan / Garansi
- Jaminan atas pinjaman komesrsial
- Jaminan ijin atas pekerja asing
Pengeluaran bagi pemasaran
pariwisata yang dikerjakan pemerintah, antara lain untuk :
- Riset dan kegiatan pemasaran (NTO)
- Public Relation
- Iklan dan promosi lainnya
- Komunikasi dan distribusinya
- Pengembangan produk
Pengawasan Ekonomi Dalam Pariwisata
Pemerintah turut campur dalam sektor
pariwisata untuk tujuan perlindungan terhadap konsumen dengan membuat peraturan
(memperbaiki peraturan lama / melakukan deregulasi) menyangkut :
a. Peraturan perlindungan terhadap
konsumen
b. Peraturan tentang keteraturan
pemasaran
Peraturan tersebut diatas
mengemukakan jaminan atas :
- Pemasok barang / jasa
- Kuantitas barang / jas serta uang yang diperdagangkan
- Harga yang diciptakan
- Kondisi barang / jasa yang diperdagangkan
- Pembayaran (perlindungan atas pembayaran dimuka)
- Lisensi usaha berfungsi sebagai perlindungan konsumen
- Klasifikasi fasilitas akomodasi
- Pengaturan harga atas pasokan produk
Deregulasi dalam pariwisata
(perjalanan) ini memberikan dampak yang bermanfaat bagi konsumen dalam hal :
- Penurunan tarif transportasi (udara) dengan penurunan
biaya promosi, membuat konsumen lebih bergairah mengadakan perjalanan.
- Integrasi antar perusahaan perjalanan atau integrasi antar
perusahaan perjalanan dengan perusahaan komponen paket wisata lainnya akan
menimbulkan suatu produk yang bersaing dengan produk paket wisata biasa.
- Peraturan subsidi silang antar rute penerbangan dengan
rute penerbangan yang tidak menguntungkan akan menyebabkan keberlangsungan
operasi penerbangan bagi kedua rute tersebut.
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat
diketahui bahawa Kabupaten kudus merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kudus berbatasan langsung dengan beberapa
kabupaten lain seperti Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak.
Potensi Wisata Kudus
Selain dikenal sebagai Kota Industri, Kabupaten Kudus juga merupakan
salah satu kota tujuan wisata yang ada di Jawa Tengah.
Peranan-peranan Pemerintah dalam pariwisata, adalah sebagai
berikut :
a. Peranan Pemerintah dalam ekonomi
pasar
b. Pajak dalam pariwisata
c. Pengeluaran Pemerintah dalam
pariwisata
d. Pengawasan Pemerintah dalam
pariwisata.
2. Pariwisata dapat dipandang sebagai industri
dalam lingkupan kepariwisataan yang menunjang perekonomian dalam pembangunan.
Saran-Saran
Dengan
telah diketahuinya peranan pemerintah dalam kepariwisataan, maka diharapkan
segenap pelaku-pelaku pariwisata, khususnya di Indonesia agar menaati dan
memperhatikan kebijakan-kebijan pemerintah dalam hubungannya dengan pariwisata
sebagai salah satu industri di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Http://file:///E:/wisata%20kudus/pariwisata-kabupaten-kudus-jawa-tengah.html.
Kamis13/12/12.09.45
http:
//file:///E:/wisata%20kudus/wista.htm, Kamis13/12/12.09.50
Tjahjono, Heri.2008. Aplikasi
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Analisis Potensi Wilayah.
No comments:
Post a Comment