Saturday 23 March 2013

INDEKS KEMAMPUAN LAHAN KABUPATEN KUDUS



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 Ha yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kudus merupakan daerah industri dan perdagangan, dimana sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. Jiwa dan semangat wirausaha masyarakat diakui ulet, semboyan jigang (ngaji dagang) yang dimiliki masyarakat mengungkapkan karakter dimana disamping menjalankan usaha ekonomi juga mengutamakan mencari ilmu.
Dilihat dari peluang investasi bidang pariwisata, di Kabupaten Kudus terdapat beberapa potensi yang bisa dikembangkan baik itu wisata alam, wisata budaya maupun wisata religi. Bidang agrobisnis juga ikut memberikan citra pertanian Kudus. Jeruk Pamelo dan Duku Sumber merupakan buah lokal yang tidak mau kalah bersaing dengan daerah lain. Dalam hal seni dan budaya, Kudus mempunyai ciri khas yang membedakan Kudus dengan daerah lain. Diantaranya adalah seni arsitektur rumah adat Kudus, kekhasan produk bordir dan gebyog Kudus. Keanekaragaman potensi yang dimiliki Kudus diharapkan mampu menarik masyarakat luar untuk bersedia hadir di Kudus.
Dengan kondisi geografis terletak pada persimpangan jalur transportasi utama Jakarta-Semarang-Surabaya dan Jepara-Grobogan, Kabupaten Kudus merupakan wilayah yang sangat strategis dan cepat berkembang serta memiliki peran utama sebagai pusat aktivitas ekonomi yang melayani wilayah hinterland, yaitu kabupaten di sekitarnya.Potensi ekonomi suatu daerah khususnya sektor perdagangan dapat diketahui dari banyaknya pasar yang ada.






Kajian Pustaka
Indeks Potensi lahan Lahan
Indeks Potensi lahan dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan kedalam beberapa kategori berdasarkan parameter pembanding kualitas lahan, agar seterusnya dapat dilakukan klasifikasi kemampuan lahannya. Klasifikasi potensi lahan adalah pengelompokkan lahan kedalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan yang paling intensif dan perlakukan yang diberikan untuk dapat digunakan secara terus menerus. Oleh karena itu sistem klasifikasi lahan ini bertujuan mengelompokkan lahan yang dapat digarap menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi secara lestari. Sistem tersebut didasarkan pada faktor-faktor penghambat dan potensi bahaya lain yang masih dapat diterima dalam klasifikasi lahan (Sitorus, 1985).
Potensi lahan dinyatakan dengan nilai angka yang disebut Indeks Potensi lahan (IPL). Besarnya IPL ditentukan oleh pengharkatan 5 faktor perhitungan formula rasional berikut:
Rumus : IPL = ( R + L + T + H) . B
                                                                                           
Keterangan :
IPL
R
L
T
H
B
=
=
=
=
=
=
Indeks Potensi Lahan
Harkat Faktor Relief atau Topografi
Harkat Faktor Litologi
Harkat Faktor Tanah
Harkat Faktor Hidrologi
Harkat Kerawanan Bencana atau Pembatas

Indeks Potensi Lahan (IPL) menyatakan potensi relatif lahan untuk kegunaan umum. Semakin tinggi nilai IPL maka semakin tinggi pula kemampuan lahan tersebut apabila digunakan untuk kegiatan pengolahan lahannya sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Potensi lahan dapat digolongkan secara relatif menjadi 5 kelas yaitu :



Tabel 1
Kelas Indeks Potensi Lahan
Kelas
Kelas Lahan
I.
II.
III.
IV.
V.
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
                                                        (Sumber : Anonim, 1998)
            Berdasarkan rumus yang akan digunakan maka untuk menggunakan pendekatan IPL kita butuh minimal 5 buah data fisik yang diberi harkat dan diwujudkan secara spasial dalam peta tematik.
Indeks Potensi Sosial
Indeks Potensi social yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan carae mengelompokan potensi atau keadaan sosialnya kedalam beberapa kategori berdasarkan parameter pembanding keadaan social di daerah itu tersendiri, agar seterusnya dapat dilakukan klasifikasi potensi soaial wilayah tersebut. Klasifikasi potensi social  adalah pengelompokkan keadaan atau potensi soaial  kedalam satuan-satuan khusus menurut sosialnya  untuk penggunaan yang paling intensif dan perlakukan yang diberikan untuk dapat digunakan secara terus menerus. Oleh karena itu sistem klasifikasi sosial ini bertujuan mengelompokkan potensi sosial yang dapat digarap menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi. Sistem tersebut didasarkan pada faktor-faktor penghambat dan potensi bahaya lain yang masih dapat diterima dalam klasifikasi





TUJUAN
Tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah :
1.         Untuk memenuhi tugas mata kuliah Aplikasi SIG Untuk Analisis Potensi Wilayah.
2.         Untuk mengetahui potensi wilayah di Kabupaten Kudus

MANFAAT
Untuk memahami analisis potensi wilayah dalam SIG.

ALAT DAN BAHAN
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam membuat tugas Aplikasi SIG Untuk Potensi Wilayah diantaranya adalah :
1.      Seperangkat computer dengan software ArcView GIS 3.
2.      Excel ms word
3.      Peta Administrasi, Peta Geologi, Peta Lereng, Peta Tanah, Peta Hidrologi, dan Peta Kerawanan bencana Kabupaten Kendal bersumber dari Bappeda
4.      Referensi internet






GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN KUDUS
a.       Lokasi dan batas wilayah
 Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah terletak di antara empat Kabupaten yaitu :
1.       Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Pati
2.      Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Jepara,
3.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati,
4.       Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pati.
koordinat 6 51' - 7 16' Lintang Selatan dan 110 36' - 110 50' Bujur Timur. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22 km. Ditinjau dari topografinya, Kabupaten Kudus memiliki ketinggian terendah 5 meter diatas permukaan laut yang berada di Kecamatan Undaan dan ketinggian tertinggi 1600 meter diatas permukaan laut yang berada di Kecamatan Dawe.
Data atau sumber data Indek Potensi Lahan di peroleh dari :
1. Data Lereng, yang di peroleh dari peta topografi daerah setempat
2. Data Litologi atau Jenis Batuan, di peroleh dari data geologi daerah setempat
3. Data Tanah, di peroleh dari Peta Jenis Tanah
4. Data Hidrologi, di peroleh dari Peta Geo Hidrologi
5. Data Rawan Bencana, di peroleh dari Peta Kemampuan lahan setempat
Potensi Fisik di nyatakan dengan nilai angka yang di sebut Indek potensi lahan (IPL) Besarnya IPL di tentukan oleh pengharkatan 5 faktor dengan perhitungan mengikuti formula rasional berikut :

IPL = (R+L+T+H) B
Keterangan :
IPL = Indek potensi lahan
R = Harkat faktor lereng
L = Harkat faktor litologi
T = Harkat faktor tanah
H = Harkat faktor hidrologi
B = Harkat rawan bencana atau pembatas
IPL menyatakan potensi relatif lahan untuk kegunaan umum. Semakin tinggi IPLberarti semakin baik potensinya. Selanjutnya berdasarkan besarnya nilai IPL, potensi lahan dapat digolongkan relatif menjadi 5 kelas yaitu :

No       Kelas Lahan                Nilai IPL
1          Sangat Tinggi             32 - 40
2          Tinggi                         24 - 31.9
3          Sedang                       16 - 23.9
4          Rendah                       8 - 15.9
5          Sangat Rendah            0 - 7.9




Data potensi lahan untuk Kabupaten Kudus yaitu sebagai berikut:

a.       Topografi/kemiringan lereng.
·         Kelerengan 0 - 8% : Kecamatan Undaan ( Desa Undaan Kidul, Undaan Lor, Undaan Tengah ), Kecamatan Kaliwungu ( Desa Blimbing Kidul, Desa Sidorekso, Desa Kaliwungu) Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe ( Desa Margorejo, Desa Samirejo, Desa Karangrejo, Desa Cendono ), Kecamatan Jekulo ( Desa Jekulo )
·         Kelerengan 8-15% : sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan Gebog ( Desa Gribig ) dan Kecamatan Mejobo ( Desa Jepang )
·         Kelerengan 15-25% : Kecamatan Dawe ( Desa Kajar ) dan Gunung Patiayam bagian timur
·         Kelerengan 25-45% : Gunung Patiayam sebelah utara, Kecamatan Gebog ( Desa Padurenan )
Luas tanah menurut kemiringan :
Kecamatan
(0-2) derajat
(3-15) derajat
(16-40) derajat
> 40 derajat
            Kaliwungu
3,267.35
-
-
-
            Kota
1,047.32
-
-
-
            Jati
2,629.80
-
-
-
            Undaan
7,081.03
8.50
87.50
-
            Mejobo
3,676.57
-
-
-
            Jekulo
6,139.51
1,115.10
176.35
860.72
           Bae
2,273.91
58.36
-
-
           Gebog
2,198.91
1,183.33
439.75
1,687.92
            Dawe
549.50
4,299.98
2,343.38
1,390.88
            Jumlah
28,863.90
6,665.27
3,046.98
3,939.51
b.      Kondisi Administrasi Kudus
Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan dengan 123 desa, 9 kelurahan. Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah Kecamatan Kota dengan 25 desa/kelurahan, sedangkan kecamatan dengan jumlah desa terkecil yaitu Kecamatan Bae dengan 10 desa.Banyaknya desa / kelurahan, RT / RW di Kabupaten Kudus bisa dilihat sebagai berikut :
No
Kecamatan
Luas ( Ha )
Desa
Kelurahan
RW
RT
Dukuh
1
Kaliwungu
3.271,28
15
-
65
437
48
2
Kota
1.047,33
16
9
108
490
92
3
Jati
2.629,80
14
-
78
375
51
4
Undaan
7.177,04
16
-
62
354
31
5
Mejobo
3.676,52
11
-
69
342
32
6
Jekulo
8.318,67
12
-
85
443
45
7
Bae
2.332,27
10
-
51
279
38
8
Gebog
5.445,97
11
-
81
432
44
9
Dawe
8.584,00
18
-
104
562
53
c.       Kondisi Tanah
Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Kudus adalah aluvial coklat sebesar 32,12 persen dari luas tanah di Kabupaten Kudus dimana sebagian besar tanahnya memiliki kemiringan 0-2 derajat dan kedalaman efektif lebih dari 90 cm.

d.      Kondisi Iklim
Kondisi iklim di Kabupaten Kudus secara umum dipengaruhi oleh iklim tropis basah. Curah hujan yang jatuh di Kabupaten Kudus relatif rendah rata-rata dibawah 2000 mm/tahun. Temperatur tertinggi mencapai 33 derajat celcius dan terendah 26 derajat celcius dengan temperatur rata-rata sekitar 29 derajat celcius dan kelembaban rata-rata bulanan berkisar antara 72%-83%. Angin yang bertiup adalah angin barat dan angin timur yang bersifat basah dengan kelembaban sekitar 88% kecepatan angin minimum 5km/jam dan kecepatan angin maksimum dapat mencapai 50 km/jam.
e.       Penggunaan Lahan
Dari luas Kabupaten Kudus sebesar 42.516 Ha, penggunaan lahan terbagi menjadi lahan persawahan, lahan kering dan peruntukan lahan lainnya.
Lahan persawahan Di Kabupaten Kudus seluas 21.704 Ha terdiri dari :
* sawah berpengairan teknis seluas 4.203 Ha
* sawah berpengairan setengah teknis 5.756 Ha
* sawah berpengairan sederhana seluas 3.429 Ha
* sawah tadah hujan seluas 7.698 Ha
* lainnya ( rawa dan sungai ) seluas 618 Ha

Lahan kering di Kabupaten Kudus seluas 18.552 Ha terdiri dari :
* Bangunan dan halaman 9.983 Ha
* Tegal, kebun, ladang, huma seluas 6.100 Ha
* Sementara tidak diusahakan 168 Ha
* Lahan untuk tanaman kayu dan hutan rakyat 139 Ha
* Perkebunan negara 112 Ha
* Hutan negara 1.882 Ha
* Lainnya 168 Ha

Penggunaan untuk lahan lainnya seluas 2.260 Ha.
1.      Lahan Kritis
Lahan kritis di Kabupaten Kudus seluas 8.174,4 Ha.
Lahan kritis di luar kawasan hutan luasnya sekitar 6.525,4 Ha terdiri dari :
2.       Kawasan budidaya luas 5.905,4 Ha ( lahan kritis 398,2 Ha, agak kritis 1.778,5 Ha, potensial kritis 3.728,7 Ha )
3.      Kawasan lindung luas 620 Ha ( kritis 495 Ha, agak kritis 113 Ha, potensial kritis 12 Ha )
4.      Lahan kritis di dalam kawasan hutan luasnya 1.649 Ha ( kritis 466 Ha, agak kritis 1.183 Ha )

Evaluasi Indek Potensi Lahan (IPL)
Teknis yang di gunakan adalah Pengharkatan (skorsing) pada setiap variable fisik



PENGHARKATAN

A.    Data Kemiringan Lereng
Klasifikasi kemiringan lereng ini berpedoman pada penyusunan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah sebagai berkut :

Tabel kelas kemiringan lereng dan nilai skor kemiringan lereng
KELAS
KEMIRINGAN ( % )
KLASIFIKASI
I
0 – 8
Datar
II
> 8 – 15
Landai
III
>15 – 25
Agak Curam
IV
> 25 – 45
Curam
V
> 45
Sangat Curam
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.
Tabel Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE
Kemiringan lereng (°)
Kemiringan
lereng (%)
Keterangan
Klasifikasi
USSSM* (%)
Klasifikasi
USLE* (%)
< 1
0 – 2
Datar – hampir datar
0 – 2
1 - 2
1 – 3
3 – 7
Sangat landai
2 – 6
2 - 7
3 – 6
8 – 13
Landai
6 – 13
7 - 12
6 – 9
14 - 20
Agak curam
13 – 25
12 - 18
9 – 25
21 - 55
Curam
25 – 55
18 - 24
25 - 26
56 - 140
Sangat curam
> 55
> 24
> 65
> 140
Terjal


*USSSM = United Stated Soil System Management
  USLE     = Universal Soil Loss Equation

Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relative terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng,panjang lereng dan bentuk lereng semuanaya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Menurut sitanala Arsyad (1989:225) mengkelaskan lereng menjadi seperti berikut:

KEMIRINGAN ( % )
KLASIFIKASI
KELAS
0 – 3
Datar
A
3 – 8
Landai Atau Berombak
B
8 – 15
Agak Miring
C
15 – 30
Miring
D
30-45
Agak Curam
E
45-65
Curam
F
>65
Sangat Curam
G
Menurut sitanala Arsyad (1989:225)


B.     Data Litologi/Jenis Batuan
Jenis batuan juga merupakan salah satu elemen penting dalam menentukan potensi suatu wilayah. Data tentang jenis batuan dapat diperoleh dari peta geologi daerah setempat. Peta tematik jenis batuan tersebut selanjutnya diberi harkat sehingga dapat digunakan untuk menentukan indeks potensi lahan. Adapun harkatnya dapat di tentukan sebagai berikut.
Tabel Harkat Jenis tanah
Kode
Jenis Batuan
Harkat
Lb
Batuan beku Masif
5
Lp
Bahan piroklastik
8
Lk
Sedimen klastik berbutir kasar
5
Lh
Sedimen klastik berbutir halus
2
Lg
Sedimen gamping & metamorf
3
Li
Batu gamping
5
La
Alluvium/colluvium
10

C.    Data tanah
Data tanah merupakan salah satu penting dalam menetukan potensi suatu wilayah selain empat elemen yang lainnya. Data tentang tanah dapat diperoleh dari peta jenis tanah daerah setempat.peta tematik jenis tanah tersebut selanjutnya diberi harkat sehingga dapat digunakan untuk menentukan indeks potensi lahan.
Adapun harkat yang sudah ditentukan sebagai berikut.
Tabel Harkat Jenis Tanah
kode
Jenis Tanah
Harkat
S1
Alluvial, latosol, mediteran, podsol,grumosol
4
S2
Andosol, podsol
3
S3
Rensia, planosol
2
S4
Gley humus, hidromorf, regosol,litosol
1


D.    Data hidrologi
Data hidrologi merupakan salah satu elemen penting dalam menentukan potensi suatu wilayah selain empat elemen yang lainnya. Data tentang hidrologi dapat diperoleh dari peta hidrogeologi daerah setempat. Peta tematik hidrologi tersebut selanjutnya diberi harkat sehingga dapat digunakan untuk menentukan indeks potensi lahan. Adapun harkatnya dapat ditentukan sebagai berikut:
Air permukaan
harkat
Air Tanah
Harkat
P1
Potensi & kemungkinan irigasi besar
4
A1
Produktivitas tinggi. Penyebaran luas
4
P2
Potensi sedang, kemungkinan irigasi kecil
3
A2
Produktivitas sedang- tinggi setempat (local)
3
P3
Potensi kecil/local
2
A3
Produktivitas kecil-sedang setempat
2
P4
Langka air permukaan
1
A4
Air tanah langka
0

E.     Data Rawan Bencana
Data rawan bencana merupakan salah satu elemen penting dalam menentukan potensi suatu wilayah  selain empat elemen yang lainnya. Data tentang rawan bencana dapat diperoleh dari peta rawan bencana daerah setempat. Peta tematik rawan bencana tersebut selanjutnya diberi  harkat sehingga dapat digunakan untuk menentukan indeks potensi lahan. Adapun harkat yang ditentukan sebagai berikut:
Banjir
Erosi
Gerak Masa
Berbatu-batu
Harkat
B1
Sering tergenang
R1
berat
G1
Berat
R1
banyak
0.6
B2
Kadang
R2
Sedang
G2
Sedang
R2
Sedang
0.7
B3
Jarang tergenang
R3
Ringan
G3
Ringan
R3
Sedikit
0.8
B4
Tanpa
R3
Tanpa
G3
Tanpa
R4
Tanpa
1.0
                        


KRITERIA IPL
Indeks Potensi Lahan (IPL) menyatakan tentang potensi relatif lahan untuk kegunaan umum. Setelah di ketahui potensinya maka ipl tersebut diklasifikasikan kelasnya. Semakin tinggi IPL berarti semakin baik potensinya
Kelas Kemampuan Lahan
Kelas Lahan
Nilai IPL
Kelas Lahan
Sangat Tinggi
32 – 40
Sangat Tinggi
Tinggi
24 - 31.9
Tinggi
Sedang
16 - 23.9
Sedang
Rendah
8 - 15.9
Rendah
Sangat Rendah
0 - 7.9
Sangat Rendah

a.         Kelas Kemampuan Lahan Sangat Tinggi
Lahan ini sesuai untuk segala jenis usaha pertanian, lahannya datar, dalam, bertekstur halus-sedang, drainase baik, mudah diolah dan responsif terhadap pemupukan.
b.         Kelas Kemampuan Lahan Tinggi
Lahan ini sesuai untuk usaha pertanian dengan sedikit hambatan, lahan berlereng landai, bertekstur halus sampai sedang, perlu tindakan pengawetan lahan yang ringan.
c.         Kelas Kemampuan Lahan Sedang
Kelas lahan ini memiliki hambatan yang lebih besar dari kelas kemampuan lahan tinggi dalam usaha pemanfaatannya untuk usaha pertanian karena terletak pada lereng agak miring, kedalaman efektif sedang, permeabilitas agak cepat, pengolahan lahan menurut garis kontur. Tindakan pengawetan lahan berupa pembuatan dan pergiliran tanaman berupa tanaman keras.
d.         Kelas Kemampuan Lahan Rendah
Lahan ini tidak sesuai untuk usaha pertanian semusim, karena terletak pada lereng yang miring sehingga mudah tererosi, kedalaman efektif tanah dangkal, dan pemanfaatan lahannya sebaiknya untuk perkebunan.
e.         Kelas Kemampuan Lahan Sangat Rendah
Lahan ini mempunyai hambatan yang sangat tinggi sehingga tidak dimungkinkan lagi untuk usaha tani, dan sebaiknya hanya untuk kawasan lindung saja.
PETA YANG BERKAITAN DENGAN IPL
1.         Peta Kemiringan Lereng yang diperoleh dari BAPPEDA atau BPN
           
2.         Peta Hidrologi yang diperoleh dari BAPPEDA atau BPN
           
3.         Peta Jenis tanah yang diperoleh dari BAPPEDA atau BPN
           
4.         Peta Geologi yang diperoleh dari BAPPEDA atau BPN
           
5.         Peta Rawan Bencana yang diperoleh dari BAPPEDA atau BPN
           
 POTENSI WILAYAH
Sektor sektor di Kabupaten Kudus

CARA PEMBUATAN INDEKS POTENSI LAHAN
Untuk melakukan analisis potensi fisik suatu wilayah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan Indeks Potensi Lahan. Untuk menggunakan pendekatan indeks potensi lahan maka potensi fisik yang ada di angkakan atau diberi bobot tertentu. Potensi fisik dapat dinyatakan dengan nilai angka yang disebut dengan Indeks Potensi Lahan (IPL). Besar IPL ditentukan oleh pengharkatan lima faktor, dengan perhitungan mengikuti formula rasional sebagai berikut :
Keterangan :
IPL      = Indeks Potensi Lahan
R         = Harkat faktor lereng
L          = Harkat faktor litologi
T          = Harkat faktor tanah
H         = Harkat faktor hidrologi
B         = Harkat kerawanan bencana atau pembatas
Berdasarkan rumus yang akan digunakan maka untuk menggunakan pendekatan IPL kita butuh lima buah data fisik yang diberi harkat

Evaluasi Indek Potensi Sosial (IPS)

ANALISIS POTENSI SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA
Selain rona fisik wilayah dalam analisis potensi wilayah juga harus melakukan analisis tentang kondisi sosial ekonomi wilayah. Hal ini karena potensi wilayah secara utuh merupakan perpaduan antara rona fisik dan rona sosial ekonomi dari suatu wilayah . data sosial ekonomi yang didapat dan akan dianalisis antara lain :
1.         Data penduduk berupa kepadatan penduduk bersih

Laju Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2010 tercatat sebesar 764.606 jiwa terdiri dari 379.020 jiwa laki-laki dan 385.586 jiwa perempuan. Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo, Kecamatan Jati, Kecamatan Dawe dan yang paling terkecil jumlahnya yaitu kecamatan Bae. Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2006 – 2010) cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2010 tercatat sebesar 1.798 jiwa setiap satu kilo meter persegi. Di sisi lain persebaran penduduk masih belum merata, Kecamatan Kota merupakan kecamatan yang terpadat yaitu 8.738 jiwa per km2. Undaan paling rendah kepadatan penduduknya yaitu 961 jiwa per km2.

No
Kecamatan
Luas ( Ha )
Penduduk ( jiwa )
Kepadatan Penduduk
1
Kaliwungu
3.271,28
90.219
2758
2
Kota
1.047,33
91.489
8738
3
Jati
2.629,80
97.291
3699
4
Undaan
7.177,04
68.994
961
5
Mejobo
3.676,52
69.080
1879
6
Jekulo
8.318,67
97.888
1181
7
Bae
2.332,27
61.966
2657
8
Gebog
5.445,97
93.491
1698
9
Dawe
8.584,00
94.188
1097
{ Sumber Kudus Dalam Angka Tahun 2011 }

2.         Data pendapatan penduduk berupa mata pencaharian penduduk
KECAMATAN          PERTANIAN             NON PERTANIAN  

Data Fasilitas Umum Diantaranya Adalah :
a. Data fasilitas ekonomi / perdagangan
b.Data fasilitas kesehatan
c.Data fasilitas pendidi
d.Data fasilitas peribadatan




4.Data aksesibilitas berupa kondisi jalan
No
Kategori potensi wilayah
Total skor
1.
Wilayah poensial
Total skor dengan bobot indeks >225
2.
Wilayah cukup potensial
Bobot indeks 130-225
3.
Wilayah kurang potensial
Bobot indeks <130
 
                         Teknis yang di gunakan adalah Pengharkatan (skorsing) pada setiap variable fisik
A.    Data PDRB Kabupaten Kudus
No
KECAMATAN
PDRB
HARKAT_PDR
1
Undaan
4779128
4
2
Mejobo
10137895
5
3
jati
5312445
4
4
Kudus
787158
2
5
Bae
922275
2
6
Kaliwungu
2636030
3
7
Gebog
1583053
3
8
Jekulo
4215805
4
9
Dawe
1090015
3

B.     Data Angkatan Kerja kabupaten Kudus
ID
KECAMATAN
HARKAT_AK
601
Undaan
0
602
Mejobo
0
603
Jati
0
604
Kudus
0
605
Bae
0
606
Kaliwungu
0
607
Gebog
0
608
Jekulo
0
609
Dawe
0







. PEMBAHASAN
a.         Kelas kemampuan lahan sedang
b.         Kelas kemampuan lahan rendah
c.         Kelas kemampuan lahan sangat rendah
Dari peta potensi wilayah yang merupakan overlay dari peta kemampuan lahan dan peta potensi wilayah secara sosial ekonomi maka dapat menghasilkan potensi lahan secara keseluruhan yang terbagi dalam tingkatan kelas yaitu:
a.         Rendah cukup potensial
b.         Rendah potensial
c.         Sangat rendah cukup potensial
d.         Sangat rendah cukup potensial
e.         Sedang cukup potensial
f.          Sedang potensial






















BAB IV
PENUTUP
zzzzzzzzzzzzzzzz
 Kesimpulan
Kabupaten kudus memiliki ... kelas kemampuan lahanyaitu............
Potensi pengembangan kudus yaitu...........
1)         Potensi fisik
-           secara geografis letak strategis yang dapat dikembagkan
2)         Potensi Sosial
3)         Potensi Ekonomi
Kontribusi terbesar
Saran zzzzzzz

No comments:

Post a Comment